Toronto (ANTARA) - Sebanyak 30 bayi baru lahir meninggal bumi dengan tragis di rumah sakit sejak permulaan pertempuran di Sudan, menurut Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa Stephane Dujarric pada Kamis.
Dalam pengarahan pers harian, Dujarric menekankan akibat kemanusiaan dari peperangan nan berjalan di negara itu, dengan menyoroti informasi dari badan-badan PBB.
"Dalam sepekan, enam bayi baru lahir meninggal bumi di rumah sakit kota Ed Dein baru-baru ini akibat beragam masalah nan ditimbulkan pertempuran tersebut, termasuk kurangnya oksigen di tengah pemadaman listrik. WHO melaporkan bahwa lebih dari tiga puluh bayi baru lahir meninggal di rumah sakit sejak dimulainya peperangan," kata Dujarric.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini berasosiasi dengan penyedia layanan kesehatan di daerah itu untuk memberikan support nan diperlukan, tambah dia.
Ketidaksepakatan antara pihak militer Sudan dan golongan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) terjadi dalam beberapa bulan terakhir atas buahpikiran integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata Sudan, ialah syarat utama dari kesepakatan transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.
Sudan tidak mempunyai pemerintah nan berfaedah sejak Oktober 2021 saat militer menggulingkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam tindakan nan disebut kekuatan politik sebagai "kudeta".
Periode transisi, nan dimulai pada Agustus 2019 setelah Presiden Omar al-Bashir digulingkan, dijadwalkan berhujung dengan pemilu pada awal 2024.
Menurut tim medis setempat, sebanyak 863 penduduk sipil tewas dan 3.531 orang lainnya mengalami luka sejak pecahnya bentrok di Sudan pada 15 April.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Risiko musibah kemanusiaan mengintai perbatasan Sudan-Chad
Baca juga: Komisioner HAM PBB minta pihak bertikai Sudan setop kekerasan seksual
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2023
English (US) · 
Indonesian (ID) ·