Jakarta (ANTARA) - Akhir pekan ini rumah produksi Paramount Pictures dan e-One secara resmi merilis movie tindakan petualangan khayalan terbaru mereka ialah "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves". Film ini menampilkan latar cerita bertema khayalan tindakan dengan ayunan sihir saling serang di sana sini, semburan naga-naga menakutkan, mayat-mayat hidup nan bisa berbicara, serta bebatan komedi nan kental nan mewarnai sepanjang cerita.
Alur cerita movie bernuansa lawaksarkas meluncur menawan berkah sosok utama Edgin Darvis (diperankan oleh Chris Pine) nan kerap menahbiskan diri sebagai perencana ulung dengan segudang rencana yang, tentu saja, tak satupun melangkah sebagaimana mestinya.
Sebagai karakter nan menjembatani cerita inti "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves", Edgin adalah seorang penyair-pemusik nan mempunyai trauma terpendam masa lalu.
Awalnya, Edgin adalah seorang personil bangsawan Harpers ialah sebuah golongan nan mengabdikan diri untuk melawan tirani dan memihak kaum tak berdaya. Tetapi setelah berbeda dengan Penyihir Merah dari Thay nan jahat, tanpa disadari Edgin justru mengundang tragedi ke dalam hidupnya nan berakibat terbunuhnya sang istri.
Ia lampau memutuskan mengabaikan sumpah sebagai Harpers kemudian berupaya membesarkan sendiri sang putri Kira Darvis (diperankan oleh Chloe Coleman). Dalam perjalanan membesarkan Kira, Edgin berkawan dengan petarung galak fans berat kentang dari kaum barbarian Holga Kilgore (diperankan oleh Michelle Rodriguez).
Edgin dan Holga kemudian terlibat dalam sejumlah pencurian kecil-kecilan dan kejahatan nan tak terlalu serius, apalagi condong konyol. Dua sekawan itu lampau membentuk tim pencoleng berbareng seorang penyihir dengan keahlian seadanya ialah Simon Aumar (diperankan oleh Justice Smith) dan manipulator ulung Forge Fitzwilliam (diperankan oleh Hugh Grant).

Tablet kehidupan
Satu demi satu pencurian Edgin dan kompatriotnya terbilang sukses, hingga suatu saat dia mendengar keberadaan tablet relik antik nan dianggap dapat membangkitkan kembali orang nan telah mati.
Berusaha untuk menghidupkan kembali mendiang sang istri, Edgin lantas meminta support mitranya untuk mencuri tablet tersebut. Tetapi mereka berhadapan dengan pihak nan salah. Alhasil, Edgin dan Holga mesti mendekam di dalam penjara tebing Revel End nan suram.
Usai sukses melarikan diri dari Revel End --yang semestinya tidak terlalu perlu untuk mereka lakukan, Edgin dan Holga berupaya kembali menemui Kira nan ditinggalkan selama mereka berada dalam pengasingan di Revel End.
Tetapi Kira rupanya menampik kehadiran sang ayah meski tetap menerima kehadiran kembali Holga. Menurut Kira, ayahnya Edgin sengaja meninggalkannya hanya demi berburu kekayaan lewat tablet kehidupan nan dicarinya.
Upaya Edgin dan Holga untuk meyakinkan Kira tak membuahkan hasil. Apalagi perihal nan lebih menyakitkan adalah rupanya sahabat mereka Forge telah melakukan pengkhianatan dan berkawan dengan salah satu penyihir terkuat dari golongan Penyihir Merah ialah Sofina (diperankan oleh Daisy Head).
Guna melakukan perlawanan terhadap Forge dan Sofina nan bersekutu, maka Edgin dan Holga berupaya mencari kembali si penyihir-berkemampuan-biasa-saja ialah Simon Aumar. Lewat Simon pula, kawanan ini mendapatkan personil baru ialah seorang tiefling druid bernama Doric (diperankan oleh Sophia Lillis) dengan keahlian mengubah diri menjadi jenis hewan apapun nan dia inginkan.

Melawan tirani
Empat sekawan ini segera berasosiasi mencari langkah guna melawan pengaruh jahat Forge Fitzwilliam nan belakangan telah memegang kuasa kota Lord Neverwinter. Tetapi rencana-rencana mereka sering diwarnai kegagalan lantaran ide-ide Edgin nan tak bermakna, kecerobohan sihir Simon Aumar, alias keahlian mengubah diri Doric nan tak bisa menandingi sihir Sofina.
Untungnya, Edgin dan kawan-kawan ditakdirkan untuk berjumpa paladin Xenk Yendar (diperankan oleh Regé Jean Page) nan dikenal sebagai pahlawan pujaan masyarakat nan karismatik. Uniknya, dengan pengetahuan matematis mendalam terhadap segala hal, Xenk terkadang tak bisa membedakan kalimat nan mempunyai makna sungguhan dengan kalimat bersuara olok-olok. Tentu saja, paradoks nan diemban Xenk adalah sosok sempurna penggambaran ketidaksempurnaan.
"Coba kita lihat gimana dia menghadapi batu di depannya," ujar Edgin kepada teman-temannya ketika Xenk melangkah pergi.
Singkat cerita, Edgin dan teman-temannya sempat sukses menyusup masuk ke kastil Forge untuk membebaskan Kira. Tetapi Forge telah menyiapkan sejumlah siasat licik nan jahat untuk melumpuhkan kawanan pencuri amatiran tersebut.
Menyadari tak mempunyai banyak pilihan, Edgin memohon kepada Forge agar dia dan rekan-rekannya diberikan kesempatan terakhir untuk mengikuti permainan labirin dalam seremoni High Sun --berharap bahwa rencana kali itu bakal melangkah sesuai apa nan dia pikirkan. Disadari alias tidak, Edgin dan sahabatnya justru mesti menghadapi permainan nan lebih rawan dan mematikan.

Padat humor
FIlm "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves" menampilkan jalan cerita sederhana sarat bakal perbincangan lawakdan lelucon orisinal nan berpotensi mengocok perut penonton nyaris sepanjang petualangan Edgin dan kawan-kawan.
Hampir semua karakter, termasuk beberapa kerangka hidup dari dalam kubur, mempunyai porsi lawakmasing-masing di "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves". Bahkan sosok mahkluk garib semacam naga berapi nan tidak mendapatkan perbincangan pun, bisa saja mempunyai bagian komedi sendiri.
Tak mengherankan jika saat mengikuti alur cerita movie ini, penonton seakan lupa dengan banyaknya tokoh sentral nan dipadatkan sedemikian rupa dengan membawa karakter masing-masing. Humor nan mengalir lugas, cergas, dan seperlunya membikin "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves" sangat mengasyikkan untuk dinikmati.
Humor kuat tersebut berpadu dengan elemen-elemen kejutan nan diselipkan secara tak berlebihan serta nuansa horror menakutkan dari sihir-sihir nan dilayangkan golongan Penyihir Merah, utamanya lewat sosok Sofina nan sangat misterius.
Acungan jempol patut dilayangkan untuk duet bergerak sutradara Jonathan Goldstein dan John Francis Daley nan juga bertindak sebagai penulis-pengembang naskah di movie nan diproduksi sejak 4 Mei 2021 tersebut. Baik Goldstein mapun Daley sama-sama tumbuh besar berbareng sebagai fans berat game "Dungeons & Dragons".
Maka tak heran jika ikatan emosional mereka terbangun sangat apik lantaran tak hanya berkawan dengan karakter game tersebut, Goldstein dan Daley juga beberapa kali sukses membangun sketsa komedi kepahlawanan lewat penulisan naskah "Horrible Bosses" (2011) dan sekuel pada 2014, lampau "Spiderman: Homecoming" (2017), serta "Game Night" (2018).

Kali ini di "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves", duet Goldstein dan Daley mengembangkan cerita awal nan dituliskan oleh Chris McKay dan Michael Gilio. Mereka mengemas karya khayalan tindakan monumental nan identik dengan rasa takut bakal sihir dan naga dengan komedi orisinal nan diletakkan sepatutnya.
Mereka juga tidak lupa memperkaya cerita dengan visualisasi pengaruh terbaik nan memang wajib hukumnya dalam movie fantasi. Kemampuan berubah bentuk nan dimiliki druid Doric, sabuk sihir mekanis penyihir Simon Aumar, dan konfigurasi labirin High Sun adalah sedikit contoh memanjakan penonton lewat visual nan banget menarik.
Di lain sisi, konsep nyeleneh movie garapan duet Goldstein dan Daley ini mungkin bisa jadi malah bakal mengagetkan mereka para fans permainan "Dungeons & Dragons" alias mereka nan sempat menonton trilogi movie penyesuaian sebelumnya.
Film "Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves" juga menawarkan rangkaian tindakan pencurian nan --walaupun tak sedramatis "Ocean Eleven", namun sama menghibur berkah plot nan tak terlalu serius tetapi tetap mempunyai berat bagus.

Alhasil, movie nan diproduseri Jeremy Latcham, Brian Goldner, dan Nick Meyer ini bakal membawa penonton larut dalam petualangan Edgin Darvis selama 130 menit berbareng teman-temannya secara mengasyikkan, mendebarkan, dan bertabur khayalan tanpa batas, dan tak lupa dibumbui perbincangan lawakkonyol berkelas.
Film nan mengambil letak utama syuting di daerah Belfast, Irlandia Utara ini juga menambatkan kisah seru sekaligus pesan kuat nan pada akhirnya mengikat Edgin dan rekan petualangnya dalam persahabatan sejati tanpa pamrih.
Akan ada sisi emosional nan mengetuk dan memunculkan sedikit sungging senyuman --atau jika boleh dikatakan sebagai upaya paling sederhana untuk menahan jatuhnya air mata.
"Kita hanya bisa menggunakan barang ini satu kali," kata Edgin.
"Aku tahu," jawab Kira.
"Dungeons & Dragons: Honor Among Thieves" ditujukan untuk penonton berumur minimal 13 tahun dengan Bimbingan Orang Tua dan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 29 Maret.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
COPYRIGHT © ANTARA 2023