Mungkin untuk bisa membangun budaya movie kita adalah dengan bergotong royong itu, dengan sama-sama menonton movie teman, membujuk kawan nonton movie teman, bikin movie nggak saling sikut-sikutan.
Jakarta (ANTARA) - Sutradara Ray Nayoan memandang bahwa Hari Film Nasional (HFN) nan ditetapkan dan diperingati setiap tahun pada 30 Maret menunjukkan adanya corak penghargaan nan diberikan pemerintah dan masyarakat Indonesia terhadap bumi film.
"Nggak semua negara punya hari movie nasional. Artinya apa? Sebenarnya kita menghargai film. Sebenarnya pemerintah kita, masyarakat kita itu menghargai lebih, menurut aku. Sampai dikasih hari nasional," kata Ray saat dijumpai ANTARA di Jakarta, Senin (27/3).
Oleh karena itu, Ray membujuk masyarakat sebagai penikmat dan penonton movie untuk lebih memaknai Hari Film Nasional, terutama dengan menyadari kehadiran industri movie sebagai penggerak ekonomi bangsa.
Industri movie nasional saat ini sudah bergerak dengan pesat. Ray berambisi investasi untuk produksi movie bakal lebih terbuka, apalagi setelah pulih dari pandemi COVID-19.
Baca juga: Ragam pekerjaan rumah dalam pekerjaan dan kerja produksi movie nasional
Di samping itu, dia membujuk masyarakat untuk lebih menghargai serta tidak menyepelekan semua karya movie produksi dalam negeri. Kehadiran film-film dalam negeri, imbuh dia, memerlukan support dari masyarakat Indonesia sebagai audiens.
Indonesia mempunyai budaya gotong royong, perihal itulah nan diharapkan Ray untuk juga bisa diterapkan dalam bumi film.
"Mungkin untuk bisa membangun budaya movie kita adalah dengan bergotong royong itu, dengan sama-sama menonton movie teman, membujuk kawan nonton movie teman, bikin movie nggak saling sikut-sikutan," kata dia.
Di era kemajuan teknologi seperti sekarang nan mewadahi movie melalui beragam platform, Ray berambisi para sineas juga bisa sama-sama "jalan bareng" dan bersinergi satu sama lain. Contohnya, melalui ragam pertemuan dan pagelaran movie nan lebih inklusif.
Terkait potensi dalam produksi film, Ray mengingatkan bahwa Indonesia menyediakan sumber inspirasi nan tidak terbatas nan dapat dimanfaatkan ke dalam corak imajinatif sesuai dengan visi setiap sineas. Genre apapun juga bisa digarap, walaupun seram tetap menjadi genre nan sangat potensial dari segi industri untuk pasar Indonesia, menurut Ray.
"Tapi menurut aku, jika kita ngomong Indonesia sebagai sumber buahpikiran sendiri, itu infinite (tidak terbatas), sih. Maksudnya, waw! Indonesia gimana, ya," ujar Ray.
"Kemarin saya sempat bikin cerita Natuna, ini lagi mau bikin movie di Bali, terus sudah gitu kemarin bikin dokumenter di Sumba. Itu wajahnya banyak banget, rugi jika kita nggak memanfaatkan wajah-wajah ini ke dalam corak imajinatif sesuai dengan kata hati kita," kata Ray menutup perbincangan.
Baca juga: Hari Film Nasional momentum tingkatkan percaya diri karya anak bangsa
Baca juga: Merangkul semangat, inklusivitas, dan asa melalui sinema
Baca juga: Regenerasi dan pembajakan jadi tantangan di industri perfilman
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2023