Itu jumlahnya 'kan nggak banyak ya ... kecil dibandingkan dengan jumlah pengunjung dan dengan pengunjung nan punya attitude positif. Bahkan ada nan mau membantu pendidikan, ngurusin sampah, melepaskan anak penyu alias tukik, lebih banyak nan positif
Jakarta (ANTARA) - Praktisi pariwisata Triawan Munaf menilai, jumlah pengunjung mancanegara (wisman) nan berulah di Bali hanyalah segelintir orang namalain sedikit, dibandingkan dengan jumlah pengunjung nan punya sikap dan etika positif.
"Itu jumlahnya 'kan nggak banyak ya ... kecil dibandingkan dengan jumlah pengunjung dan dengan pengunjung nan punya attitude positif. Bahkan ada nan mau membantu pendidikan, ngurusin sampah, melepaskan anak penyu alias tukik, lebih banyak nan positif," ujarnya kepada Antara, Selasa.
Meski demikian, lanjutnya, andaikan terdapat pemberitaan kurang baik maka perihal tersebut bisa menutupi sejumlah kebaikan lainnya.
Sementara terkait penduduk asing nan justru mencari nafkah di Indonesia dengan dalih berwisata, dia menyebut perihal itu tak lepas dari krisis nan melanda dunia.
"Memang dengan adanya krisis di bumi ini, banyak penduduk negara di Eropa nan tadinya tidak terpikirkan untuk mencari kerja sekarang mencari kerja, lantaran mungkin nafkahnya terancam di negara masing-masing," paparnya.
Kemudian, lanjut laki-laki nan pernah menjabat Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) ini, penduduk asing nan membuka upaya di Bali tidak dicurigai penduduk lokal lantaran ketidaktahuan masyarakat setempat dan mengira mereka (warga asing) telah mengurus ijin upaya sesuai patokan nan bertindak di Indonesia.
"Nah jika dibiarkan tambah berani, tambah berani orang-orang asing nan memang melanggar norma ini lho," imbuhnya.
Karenanya, Triawan menyebut dibutuhkan konsistensi para penegak norma nan lebih baik lagi serta pengawasan serta ketegasan dari pemerintah setempat untuk mengatasi masalah turis asing nan belakangan menjadi sorotan ini.
"Bukan waktunya untuk cari kesalahan masa lalu, tapi saya merasa ada konsistensi dari penegak norma nan kudu lebih baik. Kan ujung-ujungnya penegakan hukum. Semua negara ada aturan-aturannya, apalagi di destinasi wisata nan orang maunya bebas. Nah jika di kita sendiri nggak ada ketegasan hukum, ya .. bakal dimanfaatkan oleh siapapun juga," pungkasnya.
Baca juga: Praktisi pariwisata nilai kaji pencabutan VoA Rusia-Ukraina
Baca juga: Legislator sorong pemda tegas disiplinkan turis asing
Baca juga: Sandiaga ingatkan pengunjung kudu taati patokan selama berwisata
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023