Singapura (ANTARA) - Saudi Aramco meningkatkan investasi multi-miliar dolar di China dengan menyelesaikan dan meningkatkan upaya patungan nan direncanakan di China timur laut dan mengakuisisi kepemilikan saham nan diperluas dalam grup petrokimia nan dikendalikan secara private.
Kedua kesepakatan itu, diumumkan secara terpisah pada Minggu (26/3/2023) dan Senin (27/3/2023), bakal memandang Aramco memasok dua perusahaan China dengan campuran 690.000 barel minyak mentah per hari, memperkuat peringkatnya sebagai penyedia komoditas utama China.
Aramco mengatakan pada Senin (27/3/2023) bahwa pihaknya telah setuju untuk mengakuisisi 10 persen saham di Rongsheng Petrochemical Co Ltd nan dikendalikan secara private dengan nilai sekitar 3,6 miliar dolar AS.
Kesepakatan itu mencakup pasokan 480.000 barel per hari minyak mentah ke Zhejiang Petrochemical Corp (ZPC) nan dikendalikan Rongsheng selama 20 tahun, tambah Aramco.
Ini mengikuti kesepakatan awal nan dicapai Aramco dengan pemerintah provinsi Zhejiang pada 2018 untuk 9,0 persen saham di ZPC.
Kesepakatan itu adalah nan terbesar nan diumumkan sejak Presiden China Xi Jinping mengunjungi kerajaan itu pada Desember di mana dia menyerukan perdagangan minyak dalam yuan, sebuah langkah nan bakal melemahkan kekuasaan dolar AS dalam perdagangan global.
Investasi Aramco menyoroti hubungan nan semakin dalam antara Riyadh dengan Beijing nan telah meningkatkan masalah keamanan di Washington, sekutu tradisional Riyadh.
Dalam kesepakatan nan ditengahi oleh China, Iran dan Arab Saudi sepakat untuk membangun kembali hubungan awal bulan ini setelah bertahun-tahun permusuhan nan memicu bentrok di seluruh wilayah.
Peran rahasia Beijing dalam terobosan tersebut mengguncang dinamika di Timur Tengah, di mana Amerika Serikat selama beberapa dasawarsa menjadi kreator kesepakatan utama.
Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya seperti Uni Emirat Arab mengatakan bahwa mereka tidak bakal memihak di tengah meningkatnya polarisasi politik global, dan mereka mendiversifikasi mitra untuk melayani kepentingan ekonomi dan keamanan nasional.
Kesepakatan itu juga menyoroti meningkatnya persaingan antara Arab Saudi dan sekutunya Rusia dalam pasokan minyak mentah ke China.
Sanksi Barat terhadap Moskow atas perangnya di Ukraina memaksa Rusia untuk mengalihkan minyaknya dari Eropa dan menjualnya dengan potongan nilai besar ke pasar lain, termasuk China. Rusia menggeser Arab Saudi sebagai pemasok minyak utama China dalam dua bulan pertama tahun ini.
Aramco sudah menjual minyak mentah ke pabrik China timur nan mengoperasikan kilang berkapasitas 800.000 barel per hari, satu-satunya nan terbesar di China, di bawah perjanjian penjualan nan diperbarui setiap tahun.
Kesepakatan Rongsheng datang setelah kesepakatan Aramco dengan mitra China pada Minggu (26/3/2023) untuk proyek kilang minyak dan petrokimia di provinsi Liaoning, China timur laut, nan diperkirakan bakal dimulai pada 2026 untuk memenuhi permintaan bahan bakar dan bahan kimia nan terus meningkat di negara itu.
Proyek Liaoning, di kota Panjin, bakal menjadi investasi penyulingan-petrokimia besar kedua Aramco di China dan mengikuti eksportir minyak utama bumi nan melaporkan rekor untung sebesar 161 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Perusahaan patungan Huajin Aramco Petrochemical Company (HAPCO) bakal membangun dan mengoperasikan kompleks Panjin nan bakal menampung kilang minyak berkapasitas 300.000 barel per hari dan sebuah cracker dengan kapabilitas produksi tahunan sebesar 1,65 juta ton etilen dan 2 juta ton paraxylene, kata Aramco dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Kilang Yasref jadi contoh baik kerja sama China dan Arab Saudi
Baca juga: Aramco perkuat kerja sama dengan China
Baca juga: Wall Street ditutup beragam, kesepakatan SVB angkat saham bank
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023